"LARANGAN BICARA SAAT KHUTBAH"
"Apabila engkau pada hari jum'at BERKATA KEPADA TEMANMU 'DIAMLAH', padahal imam sedang berkhutbah, MAKA SIA-SIALAH (SHALAT JUM'AT) MU."
(Ash-Shahihain).
=NA'UDZUBILLAH=
Ustadz Faisal
Jagalah hati jangan kau nodai, karena hati LENTERA HIDUP INI.
Shalat ketika sebagian besar orang ASYIK TERLELAP TIDUR.Bagi hamba yang Taqarub & Munajat, ALLAH CUKUPI HAJAT KEHIDUPANNYA.
134. (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit[1], dan orang-orang yang menahan amarahnya[2] dan mema'afkan (kesalahan) orang lain[3]. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan[4]
[1] Yakni ketika mereka lapang, mereka banyak berinfak, namun ketika susah mereka tidak meremehkan perkara ma'ruf meskipun kecil.[2] Padahal mampu melampiaskan amarahnya dan bersabar dari membalas orang yang berbuat buruk kepada mereka.[3] Dengan tidak membalas.[4] Untuk dapat memahami ayat ini kami bawakan kisah berikut –terlepas apakah kisah ini sahih atau tidak- hanya saja kita dapat mengambilnya sebagai pelajaran. Kisah ini disebutkan dalam kitab Minhajul Muslim ketika menerangkan tentang ihsan:Dahulu seorang majikan pernah dibuat marah oleh budaknya, majikannya pun marah dan hendak menghukumnya, maka budaknya membacakan ayat, “Wal kaazhimiinal ghaizh” (Dan orang-orang yang menahan marahnya), maka majikannya berkata, “Ya, saya tahan marah saya.” Budaknya membacakan ayat lagi, “Wal ‘aafiina ‘anin naas” (serta memaafkan orang lain), maka majikannya berkata, “Ya, kamu saya maafkan.” Budaknya lalu membacakan lagi, “Wallahu yuhibbul muhsininiin” (Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan), maka majikannya berkata, “Sudah pergi sana, kamu merdeka karena Allah Ta’ala.”Inilah contoh menahan marah, memaafkan orang lain dan berbuat ihsan.Ihsan terbagi menjadi dua:1. Ihsan dalam beribadah.Ihsan dalam beribadah ditafsirkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya, yaitu, "Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak merasa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Muslim)2. Ihsan kepada makhlukSedangkan ihsan kepada makhluk adalah memberikan manfaat baik yang bersifat agama maupun dunia kepada makhluk serta menghindarkan keburukan dari mereka. Termasuk ke dalamnya beramr ma'ruf dan bernahi munkar, mengajarkan orang yang tidak tahu, menasehati orang yang lalai, memberikan sikap nasihat (tulus) kepada manusia secara umum maupun khusus, berusaha menyatukan mereka, memberikan sedekah dan nafkah yang wajib maupun sunat sesuai keadaan mereka dan sifatnya, memberikan kedermawanan, menghindarkan gangguan dan siap memikul gangguan yang menyakitkan.
[1] Ayat ini merupakan dorongan Allah kepada hamba-hamba-Nya untuk menginfakkan harta pada jalan-jalan kebaikan.[2] Orang yang lebih mencintai Allah akan rela mengorbankan harta yang dicintainya dengan menginfakkannya di jalan-jalan yang diridhai-Nya. Termasuk ke dalam menginfakkan harta yang dicintainya adalah berinfak ketika orang yang berinfak membutuhkannya dan berinfak ketika kondisi sehat dan berat mengeluarkannya; dalam kondisi di mana ia khawatir miskin dan mengharap kaya. Ayat ini menunjukkan bahwa tingkat kebajikan seorang hamba tergantung sejauh mana kerelaan menginfakkan harta yang dicintainya.[3] Agar tidak ada kesan bahwa menginfakkan harta jika tidak seperti yang disebutkan berarti tidak bermanfaat, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan bahwa apa saja yang kita infakkan, besar maupun kecil, dicintai atau tidak harta itu, maka Allah akan membalasnya sesuai niat dan manfaat barang yang diinfakkan.[4] Sehingga Dia pun akan memberikan balasan.