Selasa, 30 September 2014

BUAH RAMADHAN ADALAH MUTTAQIN

Tafsir Ali Imran Ayat 133-143
Ayat 133-136: Menerangkan tentang sifat orang-orang yang bertakwa, segera bertobat, menyesali dosa dan bahwa balasan untuknya adalah diampuni dosa dan masuk surga

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤) وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (١٣٥)أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ (١٣٦

Terjemah Surat Ali Imran Ayat 133-136

133. Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,
134. (yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit[1], dan orang-orang yang menahan amarahnya[2] dan mema'afkan (kesalahan) orang lain[3]. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan[4].
135. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri[5], segera mengingat Allah[6], lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya[7], dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosanya selain Allah? Mereka pun tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.
136. Balasan bagi mereka ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pahala bagi orang-orang yang beramal.

=======================================

[1] Yakni ketika mereka lapang, mereka banyak berinfak, namun ketika susah mereka tidak meremehkan perkara ma'ruf meskipun kecil.
[2] Padahal mampu melampiaskan amarahnya dan bersabar dari membalas orang yang berbuat buruk kepada mereka.
[3] Dengan tidak membalas.
[4] Untuk dapat memahami ayat ini kami bawakan kisah berikut –terlepas apakah kisah ini sahih atau tidak- hanya saja kita dapat mengambilnya sebagai pelajaran. Kisah ini disebutkan dalam kitab Minhajul Muslim ketika menerangkan tentang ihsan:
Dahulu seorang majikan pernah dibuat marah oleh budaknya, majikannya pun marah dan hendak menghukumnya, maka budaknya membacakan ayat, “Wal kaazhimiinal ghaizh” (Dan orang-orang yang menahan marahnya), maka majikannya berkata, “Ya, saya tahan marah saya.” Budaknya membacakan ayat lagi, “Wal ‘aafiina ‘anin naas” (serta memaafkan orang lain), maka majikannya berkata, “Ya, kamu saya maafkan.” Budaknya lalu membacakan lagi, “Wallahu yuhibbul muhsininiin” (Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan), maka majikannya berkata, “Sudah pergi sana, kamu merdeka karena Allah Ta’ala.”
Inilah contoh menahan marah, memaafkan orang lain dan berbuat ihsan.
Ihsan terbagi menjadi dua:
1. Ihsan dalam beribadah.

Ihsan dalam beribadah ditafsirkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabdanya, yaitu, "Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak merasa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Muslim)
2. Ihsan kepada makhluk
Sedangkan ihsan kepada makhluk adalah memberikan manfaat baik yang bersifat agama maupun dunia kepada makhluk serta menghindarkan keburukan dari mereka. Termasuk ke dalamnya beramr ma'ruf dan bernahi munkar, mengajarkan orang yang tidak tahu, menasehati orang yang lalai, memberikan sikap nasihat (tulus) kepada manusia secara umum maupun khusus, berusaha menyatukan mereka, memberikan sedekah dan nafkah yang wajib maupun sunat sesuai keadaan mereka dan sifatnya, memberikan kedermawanan, menghindarkan gangguan dan siap memikul gangguan yang menyakitkan.
[5] Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang akibatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menzalimi diri sendiri ialah melakukan dosa yang akibatnya hanya menimpa diri sendiri baik besar atau kecil. Adapula yang mengartikan perbuatan keji di sini dengan dosa besar, sedangkan maksud "menzalimi diri sendiri" adalah dosa kecil.
[6] Yakni mengingat siksa-Nya dan mengingat janji-Nya yang diberikan kepada orang-orang yang bertakwa.
[7] Mereka segera beristighfar dan bertobat, berhenti melakukannya dan merasa menyesal.

http://www.tafsir.web.id

Ide Posting dari Ustadz Faisal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar