Jumat, 19 April 2013

Allah Beri Satu Kekurangan

Pikiranku mundur ke beberapa waktu lalu, di mana setiap hari aku menghabiskan waktu bersama mereka. Ya, di sekolah itu aku belajar banyak hal dari murid-murid kecilku. Belajar tentang keajaiban Tuhan Sang Penggenggam Kehidupan…


Setiap pagi kami berdoa bersama di lapangan sekolah, Al-Fatihah selalu membuka kegiatan di sekolah, Alhamdulillah bahagia rasanya anak-anak kecil itu sudah diajari mengenal penciptanya. Murid-muridku tidak semuanya cerdas intelektual, ada yang sangat cerdas, ada yang tergolong lumayan cerdas tetapi ada juga yang sama sekali tidak cerdas. Apapun kondisi mereka, semua itu anugerah-Nya, karena hanya Dia Yang Maha Cerdas.
Suatu hari, aku masuk dan mengajar di kelas percepatan (acceleration), tentu saja murid-muridku yang ada di kelas itu adalah anak-anak cerdas. Anak-anak yang diberi anugerah oleh Allah dalam kecerdasan intelektualnya. Terbukti dengan sikap kritis dan pengetahuan mereka yang sangat luas dan haus akan ilmu, ya mereka mewakili sifat Allah Ar-Rasyid, Yang Maha Cerdas. Tetapi cerdas saja tidak cukup, tidak semua dari mereka mampu memiliki sense of belonging terhadap temannya. Atmosfer persaingan dalam belajar begitu kental terasa karena memang mereka memiliki beragam bakat dan yang pastinya IQ tinggi. Cita-cita mereka pun beragam dan jauh dari bayanganku tentang anak-anak kecil.

Di hari lain, aku mengajar di kelas inklusi. Kelas yang berisi murid yang jumlahnya jauh lebih sedikit dari kelas lainnya. Kali ini aku benar-benar belajar tentang keagungan-Nya. Anak-anak ini sungguh luar biasa! Bukan karena kecerdasan mereka namun karena sisi lain dari kelembutan mereka. Tampak luar, mereka adalah anak-anak yang sama sekali tidak cerdas bahkan mereka tergolong anak-anak berkebutuhan khusus. Ada yang slow learner (sulit dalam belajar), hyperaktif, bahkan ada yang autis. Mereka semua berkumpul dalam satu kelas, belajar bersama. Semua guru yang mengajar di kelas ini dituntut untuk lebih bersabar dan sedikit mengelus dada karena ”keajaiban” anak-anak ini. Tidak cukup sekali dua kali memberi instruksi kepada mereka bahkan seringkali apa yang guru sampaikan tidak mereka dengar. 

Satu yang saya ingat dari ”anak-anak spesial” ini, ketika itu aku hilang kesabaran karena kenakalan mereka tetapi aku tahan amarahku, yang kutahu memarahi mereka bukan penyelesaian dari suatu masalah. Ketika itu ada seorang murid yang memukul-mukul kepalaku, bisa dibayangkan betapa kompleksnya kenakalan mereka. Lalu, murid lainnya mengadu dan berkata, ”Kak, kepalanya dipukul-pukul, gak sopan deh. Marahin aja kak!” Tapi aku hanya tersenyum dan berkata, ”Tak apa, sudah ada malaikat di pundak kanan dan pundak kiri yang sibuk mencatat amal baik dan amal buruk kita. Kakak gak marah kok, biar saja, dia sudah paham tentang itu.” Mungkin bagi muridku yang mencoba membelaku, dia tampak jengkel dan kecewa karena aku tidak marah pada murid yang nakal. Atau mungkin aku terlihat bijak, tapi sungguh sejak aku berkata seperti itu, murid spesialku itu tidak lagi nakal padaku. Dia malah menjadi manja kepadaku. Entah apa yang membuatnya begitu, yang kutahu apa yang diungkapkan dari hati akan kembali ke hati.

Siapa sangka juga, anak-anak itu bukanlah anak yang bodoh, tidak cerdas, dan tidak berguna. Allah sengaja menitipkan mereka untuk dibimbing dan dicintai sepenuh hati. Salah satu dari mereka rupanya adalah seorang atlet tenis yang mewakili kota Jawa Tengah. Subhanallah... Allah Al-Adl’ selalu memberikan keadilan pada setiap kita. Bukanlah value dari IQ yang mereka miliki tapi value lain yang mungkin anak cerdas tidak memilikinya. Ada juga seorang muridku yang menangis karena merasa bodoh tetapi dia bilang, ”Aku emang bodoh kak, tapi aku percaya ada Allah yang selalu bimbing aku.” Betapa terharunya aku mendengar penuturan murid kecilku.

Seorang murid lain dengan ikhlas tidak pernah ikut bermain bola ketika jam olahraga, karena ia teringat pesan guru BK di sekolah. ”Aku gak boleh ikutan main bola karena Bu Guru pesan supaya aku menjaga dia. Dia kan gak bisa ikutan main bola.” Kepolosan seorang anak SD yang dengan ikhlas berkawan dengan temannya yang autis. Setiap hari dia duduk bersebelahan, menemani bermain dan bahkan dengan sabar memberi perhatian pada kawannya yang autis. Yang lain berkata, ”Kasihan dia, aku bersyukur gak jadi seperti dia. Walau bodoh tapi Allah sayang aku... Orang tuanya sabar banget kak...”

Terbayang betapa saat ini aku merindukan mereka dengan segala keunikannya. Memang benar Allah itu Maha Adil, dan Dia selalu memiliki maksud dari setiap ciptaan-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang kebetulan, Dia hanya meminta kita untuk terus mensyukuri apa yang Dia berikan. Mungkin kalau anak-anak itu boleh memilih, mereka pastilah ingin menjadi anak-anak yang cerdas dan membanggakan orang tuanya tetapi mereka tidak bisa memilih. Pilihan mereka hanyalah berusaha seoptimal mungkin dengan anugerah yang diberikan oleh-Nya.
Ketika Allah memberi kekurangan kepada kita, tengoklah sisi lain dari kita, di sana akan terdapat berjuta kelebihan yang Dia beri agar kita selalu bersujud dan bersyukur kepada-Nya.

Mega Tala Harimukthi (Alumni ESQ Semarang)

sumber : Buletin Al Mujahidin 09/12

Tidak ada komentar:

Posting Komentar