Sabtu, 18 Oktober 2014

ALQURAN PETUNJUK & RAHMAT

Ayat 57-60: Al Qur’anul Karim adalah nikmat yang besar dan kitab yang berisi petunjuk, yang di dalamnya terdapat penawar dan rahmat bagi kaum mukmin

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ (٥٧) قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (٥٨) قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ رِزْقٍ فَجَعَلْتُمْ مِنْهُ حَرَامًا وَحَلالا قُلْ آللَّهُ أَذِنَ لَكُمْ أَمْ عَلَى اللَّهِ تَفْتَرُونَ (٥٩) وَمَا ظَنُّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لا يَشْكُرُونَ (٦٠

Terjemah Surat Yunus Ayat 57-60

57.[31] Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al Qur’an) dari Tuhanmu[32], penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada[33], dan petunjuk[34] serta rahmat[35] bagi orang yang beriman.

58. Katakanlah (Muhammad), "Dengan karunia Allah[36] dan rahmat-Nya[37], hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan[38].”
59. Katakanlah (Muhammad), "Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan sebagiannya halal[39].” Katakanlah, "Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) ataukah kamu mengada-ada atas nama Allah?"
60. Dan apakah dugaan orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah pada hari kiamat?[40] Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia (yang dilimpahkan) kepada manusia[41], tetapi kebanyakan mereka tidak bersyukur[42].


[31] Di ayat ini, Allah Subhaanahu wa Ta'aala mendorong manusia mendatangi kitab yang mulia ini dengan menyebutkan sifat-sifatnya yang baik yang dibutuhkan sekali oleh hamba.

[32] Yang memperingatkan kamu tentang amal-amal yang dapat mendatangkan kemurkaan Allah dan hukuman-Nya, dan mengingatkan kamu agar menjauhi semua itu dengan menerangkan pengaruh dan bahayanya.
[33] Seperti penyakit syahwat yang dapat menghalangi seseorang dari tunduk kepada syara’, dan penyakit syubhat yang menodai ilmu yang yakin. Di dalam Al Qur’an terdapat pelajaran, targhib (dorongan) dan tarhib (peringatan), janji dan ancaman, di mana hal itu dapat menjadikan seorang hamba memiliki rasa harap dan cemas. Ia akan berharap untuk memperoleh kebaikan yang dijanjikan dengan mengerjakan amalan yang dapat mencapai ke arahnya serta ia akan merasa takut jika mengerjakan keburukan karena ancaman yang diancamkan itu. Di dalam Al Qur’an juga terdapat bukti dan dalil yang disebutkan Allah dengan cara yang paling baik dan diterangkan-Nya dengan penjelasan yang paling baik, di mana semua itu dapat menyingkirkan syubhat dan menjadikan hati seseorang mencapai ke derajat yakin yang sebelumnya ragu. Ketika hati sembuh dari penyakit-penyakit itu, maka anggota badan yang lain pun menjadi baik.
[34] Dengan Al Qur’an dapat diketahui kebenaran.
[35] Yakni kebaikan yang diberoleh dan pahala segera atau ditunda nanti bagi orang yang mengambil petunjuk darinya. Dengan petunjuk dan rahmat tercapailah kebahagiaan dan keberuntungan. Oleh karena itulah, Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan seseorang bergembira dengan hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam ayat selanjutnya.
[36] Yakni Islam.
[37] Yaitu Al Qur’an. Ada pula yang mengartikan karunia dalam ayat tersebut dengan Al Qur’an, sedangkan rahmat maksudnya adalah agama dan keimanan, serta beribadah kepada Allah, mencintai-Nya dan mengenali-Nya.
[38] Berupa perhiasan dunia dan kesenangannya. Berdasarkan ayat ini, maka nikmat Islam dan Al Qur’an merupakan nikmat paling besar. Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan bergembira dengan karunia dan rahmat-Nya karena yang demikian dapat melegakan jiwa, menyemangatkannya dan membantu untuk bersyukur, serta membuat senang dengan ilmu dan keimanan yang mendorong seseorang untuk terus menambahnya. Hal ini adalah gembira yang terpuji, berbeda dengan bergembira dengan syahwat dunia dan kesenangannya atau bergembira dengan kebatilan, maka yang demikian merupakan gembira yang tercela.
[39] Yang mereka jadikan haram misalnya bahiirah dan saa’ibah (lihat Al Maa’idah: 103), sedangkan yang mereka halalkan misalnya bangkai.
[40] Apakah mereka menduga, bahwa Allah tidak akan menghukum mereka?
[41] Dengan memberi tangguh mereka, memberi nikmat dan memberikan rezeki.
[42] Di antara mereka ada yang menggunakan rezeki yang diberikan Allah untuk berbuat maksiat, ada pula yang tidak mengakuinya, ada pula yang mengharamkannya. Sedikit sekali mereka yang bersyukur dengan mengakui nikmat itu, memuji Alah terhadapnya dan menggunakannya untuk ketaatan. Berdasarkan ayat ini, bahwa hukum asal semua makanan adalah halal sampai ada dalil dari syara’ yang mengharamkannya, karena Alah mengingkari orang yang mengharamkan rezeki yang dilimpahkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya.

http://www.tafsir.web.id/

Ustadz Faisal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar