Menurut peneliti dari Ohio State University, ada bukti bahwa orang yang merespons situasi yang memicu amarah dengan cara yang negatif cenderung memiliki kadar kolesterol tinggi. Kolesterol atau lemak jahat ini dapat merusak pembuluh darah arteri. Para ahli menyarankan bahwa respons terbaik dalam situasi yang memicu amarah adalah dengan menjadi kreatif dan fleksibel. Meredam kemarahan sesegera mungkin sangat penting dilakukan untuk mengurangi efek negatifnya terhadap tubuh.
Penelitian menunjukkan bahwa peserta penelitian yang selalu bereaksi terhadap situasi pemicu kemarahan dengan cara yang negatif memiliki kadar kolesterol 'jahat' atau LDL yang lebih tinggi. Kecenderungan ini terlepas dari apakah mereka meluapkan kemarahan atau hanya menahan amarahnya. Para peneliti juga menemukan bahwa orang yang lebih fleksibel lebih sering menyembunyikan kemarahannya dari pada menunjukkannya kepada orang lain, memiliki tingkat kolesterol jahat yang paling rendah. Kemarahan yang dipendam lama dan intensif memicu pelepasan lemak dari jaringan ke dalam aliran darah. Tubuh melepaskan zat lemak untuk diubah menjadi energi sebagai bagian dari respons melawan atau lari terhadap bahaya yang dirasakan demi kelangsungan hidup.
Peneliti
menyarankan ketika menghadapi situasi yang menyebabkan amarah, respons yang
sehat adalah tetap tenang sehingga dapat segera meredakan kemarahan. Namun,
pastikan agar tetap terkontrol dan tidak menjadi agresif. Dalam situasi lain
yang mengancam, seperti diomeli atasan atau mengalami peristiwa yang
menjengkelkan, harus dihadapi dengan tenang sampai bisa mencari jalan untuk
membakar energi negatif yang ditimbulkan, bisa dengan cara berjalan cepat atau berolah raga.
(Detik.com)
sumber : Buletin Al Mujahidin 05/2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar